Sabtu, 12 Maret 2016

Pengembangan Soal-soal Open Ended Materi Pecahan

Pengembangan Soal-soal  Open Ended Materi Pecahan
di Sekolah Menengah Pertama Pagaralam*)

Ahmad Rifai1), Darmawijoyo2), Rusdy A Siroj3)


Abstrak

Pembelajaran matematika yang dilakukan pada saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan, karena pembelajaran masih didominasi oleh pengajar dan hanya merupakan penyampaian informasi saja, tidak banyak melibatkan aktivitas siswa dengan demikian pembelajaran yang diperoleh siswa kurang bermakna dan siswa kurang mampu untuk mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Melihat kenyataan seperti itu, penelitian ini dilaksanakan dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan pemahaman, kreativitas, serta hasil belajar siswa kearah yang lebih baik. Dengan tujuan tersebut peneliti mencoba untuk mengembangkan soal-soal Open ended materi pecahan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, lembar evaluasi, kamera. Data yang diperoleh dianalisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan soal opendended pemahaman dan kreativitas siswa meningkat dan hasil belajar siswa dari 6,0 sehingga mencapai rata-rata 6,33 dengan variansi 0,933. Selain itu siswa juga mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya kedalam pemecahan masalah sehari-hari.



Kata Kunci: open ended, materi pecahan


M
atematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang amat pesat baik materi maupun kegunaannya. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.  Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini Depdiknas (2006:345). Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Depdiknas, 2006).
Peran matematika yang begitu penting tampaknya belum diikuti oleh keberhasilan pengajaran matematika di sekolah, khususnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kemampuan bersaing siswa-siswa Indonesia sampai sekarang sangat rendah dibanding dengan siswa negara lain. Meskipun tak sedikit siswa kita memenangi ajang bergengsi adu keterampilan di olimpiade matematika dan saint yang siswanya dipersiapkan khusus. Secara umum kemampuan siswa Indonesia sangat memprihatinkan, berdasarkan hasil tes berstandar internasional (International Standarized Test), yaitu Trends in International Mathematics and Science Studi (TIMSS) dan Programme for International Student Assesment (PISA).
Matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirakis (Hudoyo,1990:3). Dengan demikian, didalam proses belajar mengajar matematika, apabila siswa belum memahami dengan baik konsep A dan B yang mendasari konsep C, maka pemahaman siswa terhadap konsep C itu dapat dipastikan kurang baik. Hal ini akan membawa akibat tidak dikuasainya konsep-konsep berikutnya. Akibatnya penguasaan siswa terhadap matematika secara keseluruhan menjadi kurang baik. Dalam hal demikian, maka rendahnya peringkat Indonesia di lomba PISA dan rendahnya TIMSS matematika boleh jadi disebabkan mereka tidak menguasai sebagian besar dari konsep-konsep matematika yang dipelajari secara memadai. Sehubungan dengan itu para guru perlu mengajarkan konsep-konsep matematika secara berhati-hati. Menurut Erman Suherman (1993):
Konsep-konsep baru matematika itu tidak dapat diajarkan melalui defenisi, tetapi hendaknya melalui contoh-contoh yang relevan. Contoh-contoh tersebut haruslah melibatkan konsep-konsep tertentu dan harus dijamin bahwa konsep tersebut sudah terbentuk dalam pikiran siswa yang belajar.
Menurut Zulkardi dan Ilma (2007), trend atau arah pendekatan pembelajaran matematika di sekolah saat ini adalah penggunaan konteks dalam pembelajaran matematika. Inovasi tersebut seperti Contextual Teaching and Learning (CTL), Realistic Mathematics Education (RME), dan open-ended. Untuk pendekatan open-ended berawal dari pandangan bagaimana mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif dan berpikir matematika tingkat tinggi. Supaya matematika dapat disenangi dan dipelajari oleh semua siswa, maka guru hendaknya tidak hanya memberikan permasalahan tertutup (closed problem) yang menuntut satu jawaban yang benar, tetapi juga hendaknya memberikan permasalahan terbuka (open-ended problems).
Berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran matematika tersebut, guru diharapkan menggunakan pendekatan yang tepat. Pendekatan dalam pembelajaran yang tepat sangat perlu hal ini dikarenakan untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Bagi guru pendekatan dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa dapat mempermudah proses belajar karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa (Wena, 2009:2).  Masalah dalam penelitian ini adalah :
1.   Bagaimanakah mengembangkan soal-soal open-ended pada materi pecahan yang valid, dan praktis di kelas VII SMP Negeri 1 Pagaralam?
2.   Apakah soal-soal open-ended materi pecahan yang telah dikembangkan mempunyai efek potensial terhadap hasil belajar di kelas VII SMP Negeri 1 Pagaralam?

          Berdasarkan rumusan masalah  penelitian ini bertujuan untuk :
1.   Menghasilkan soal-soal open-ended pada materi pecahan yang valid, dan praktis di kelas VII  SMP Negeri 1 Pagaralam

2.   Melihat efek potensial soal-soal open-ended materi pecahan yang telah dikembangkan terhadap hasil belajar di kelas VII SMP Negeri 1 Pagaralam
      
Hasil penelitian ini diharapkan dapat  bermanfaat terutama
1.   Bagi Guru Matematika
·       Memberikan inspirasi dan informasi bagi guru matematika dalam menentukan salah satu alternatif dalam pengembangan soal-soal open-ended pada materi pecahan
·       Hasil dari pengembangan soal-soal open-ended materi pecahan ini dapat dijadikan contoh dan dimanfaatkan oleh guru atau praktisi pendidikan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika di sekolah
·       Sebagai apresiasi dalam perbaikan evaluasi pembelajaran
2.      Bagi Siswa
·       Membantu siswa dalam menjawab soal-soal open-ended Materi Pecahan.
·       Memacu kreativitas dan aktivitas siswa dalam menyelesaikan soal open-ended materi pecahan.

TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pembelajaran matematika, tugas guru bukan hanya membantu siswa dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-pinsip serta memiliki keterampilan-keterampilan tertentu, tetapi juga membantu siswa dalam memahami hubungan antara konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan keterampilan-keterampilan tersebut. Pentingnya matematika untuk pengembangan proses berpikir dan bernalar belum diiringi dengan usaha untuk memberikan pemahaman yang baik kepada siswa tentang apa itu matematika. Banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu adalah kumpulan perhitungan angka-angka dan aturan-aturan yang harus dimengerti (Walle, 2006). Adanya anggapan matematika sebagai ilmu yang didominasi oleh perhitungan angka-angka dan aturan-aturan untuk memperoleh hasil yang benar, menyebabkan siswa menganggap bahwa matematika itu adalah mata pelajaran yang kaku (harus sesuai, tidak boleh menyimpang).
Al-Jupri (2007) mengemukakan bahwa pemahaman yang keliru tentang matematika itu kaku dan prosedural terjadi salah satunya disebabkan oleh soal-soal dalam matematika sekolah. Soal-soal itu kebanyakan bersifat tertutup (closed ended). Permasalahan atau soal yang sifatnya tertutup (closed ended) menurut Suherman (2003), adalah permasalahan yang telah diformulasikan dengan baik dan lengkap sehingga bersifat unik (hanya ada satu solusi)
Tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar matematika disekolah khusunya dijenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah agar siswa memiliki pandangan yang cukup luas serta memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika (Depdiknas, 2007). Dengan demikian sangatlah penting siswa dalam belajar matematika, mengetahui kegunaan matematika itu sendiri apalagi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajaran matematika tidak sekedar berupaya menyampaikan berbagai aturan, defenisi, dan prosedur agar dihafalkan oleh siswa, tetapi untuk melibatkan para siswa sebagai partisipan yang aktif dalam proses belajar. Pembelajaran matematika juga dipandang dari sudut kecakapan seseorang sebagai alat maupun sebagai gagasan, strategi/teknik masalah-masalah yang berhubungan dengan matematika. Menurut Darmawijoyo (2009:4), bahwa kecakapan matematika meliputi:
1.   Pemahaman konsep, yaitu pendalaman tentang konsep, menggunakan konsep dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lainnya.
2.   Pemahaman prosedur, yaitu keterampilan menggunakan prosedur secara fleksibel, akurat, efisien, dan tepat.
3.   Komptensi strategis, yaitu kemampuan memformulasikan, mempresentasekan dan menyelesaikan masalah matematika.
4.   Penalaran adaftif, yaitu memiliki kapasitas untuk berfikir nalar, refleksif, menjelaskan, dan jastifikasi.
Disposisi produktif, yaitu suatu sikap atau kecenderungan diri melihat matematika sebagai sesuatu yang bermanfaat, penting diperkuat dengan suatu keyakinan dalam intelegensi dan efikasi yang dimilikinya.
A.         Pendekatan Open-ended dalam Matematika
Matematika memiliki karakteristik yaitu: 1) menuntut kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, dan inovatif; 2) menekankan pada penguasaan konsep dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah; 3) terdapat empat obyek belajar yaitu fakta, konsep, prinsip, dan prosedur (Depdiknas, 2007:9). Menurut Takashi (2005) dalam Yusuf (2009), ada beberapa anggapan siswa terhadap pembelajaran matematika, yaitu: 1) Proses matematika formal hanya mempunyai sedikit atau tidak sama sekali discovery atau invention. 2) Hanya beberapa siswa yang mampu memahami materi, memecahkan tugas yang diberikan atau permasalahan matematika dalam waktu sebentar. 3) Hanya siswa genius yang benar-benar memahami matematika. 4) Hanya beberapa siswa yang berhasil disekolah mengerjakan tugas, tepat, dan persis sesuai perintah guru.
Melihat kenyataan tersebut, pendekatan pembelajaran matematika menurut beberapa tokoh harus dirubah, hal ini dikarenakan “education for all” and “Math for all”. Menurut Maher & Alston (1990:161) (dalam Turmudi, 2008;9)  mendengarkan ide-ide matematika siswa merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran yang berwawasan konstruktivisme”…to shift from’telling and describing’ to listening and questioning’ and probing for understanding’ …”. Bagaimana kita dapat mengembangkan kemampuan penalaran siswa dan mengembangkan kemampuan komunikasi siswa apabila kita sendiri sebagai guru tidak memberikan kesempatan dan waktu kepada siswa untuk berbicara dan mengkomunikasikan idenya. Interaksi aktif siswa dengan siswa
Berdasarkan hal tersebut, muncullah pendekatan open-ended yang dikembangkan di negara Jepang sejak tahun 1970-an. Menurut Shimada (1997:1) Pendekatan open-ended berawal dari pandangan bagaimana mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif dan berfikir matematika tingkat tinggi. Supaya matematika dapat disenangi dan dipelajari oleh semua siswa, maka permasalahan tertutup (closed problem) yang menuntut satu jawaban yang benar hendaknya diganti dengan permasalahan terbuka / open-ended problems.
Menurut Shimada dalam buku The Open-ended approach : A new Proposal fot Teaching Mathematics, Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari pengenalan atau menghadapkan siswa pada masalah open-ended. Masalah open-ended adalah suatu permasalahan yang diformulasikan mempunyai banyak jawaban yang benar. Sedangkan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang dimiliki metode atau penyelesaian lebih dari satu disebut pembelajaran open-ended. Dengan kegiatan ini diharapkan pula dapat membawa siswa untuk menjawab permasalahan dengan banyak cara, sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Dengan demikian pembelajaran akan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah matematika.
Menurut Suherman (2003;123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga open-ended problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan open-ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.
Pembelajaran dengan pendekatan open-ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Menurut Nohda (Realin, 2007:2) bahwa tujuan pembelajaran open ended yaitu membawa siswa lebih mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematisnya melalui problem solving secara simultan. Secara intinya pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengudang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai srategi.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diungkap bahwa pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang dalam pelaksanaannya siswa dihadapkan dengan masalah terbuka yang menghendaki jawaban dengan banyak cara penyelesaian. Dalam pembelajaran dengan pendekatan open-ended, siswa diharapkan bukan hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu jawaban. Menurut Suherman (2003:124) bahwa dalam kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:
a.      Kegiatan siswa harus terbuka. Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.
b.      Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir. Kegiatan matematik adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya.
c.      Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan
Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu. Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masing-masing.
Guru bisa membelajarkan siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuannya rendah. Pendekatan uniteral semacam ini dapat dikatakan terbuka terhadap kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap ide-ide matematika.
B.     Tujuan Pemberian Soal Open-ended Dalam Pembelajaran Matematika

Soal open-ended adalah permasalahan yang diformulasikan mempunyai banyak jawaban yang benar. Masalah matematika terbuka (open-ended problem) dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu: dengan demikian tipe soal open-ended adalah masalah dengan satu jawaban banyak cara penyelesaian, yaitu soal yang diberikan kepada siswa yang mempunyai banyak solusi / cara penyelesaian akan tetapi mempunyai satu jawaban dan masalah dengan banyak cara penyelesaian dan juga banyak jawaban, yaitu soal yang diberikan kepada siswa yang selain mempunyai banyak solusi / cara penyelesaian, tetapi juga mempunyai banyak jawaban.
Sifat keterbukaan dari suatu masalah dikatakan hilang, apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan, atau hanya ada satu jalan penyelesaian yang mungkin untuk masalah yang diberikan guru. Contoh penerapan masalah open-ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada jawaban.
Lebih lanjut Sawada dalam Sari  (2009), mengemukakan bahwa secara umum terdapat tiga tipe masalah open-ended yang dapat diberikan, yaitu :
1.     Menemukan hubungan, soal ini diberikan bertujuan agar siswa dapat menemukan beberapa aturan atau hubungan matematis.
2.     Mengklasifikasi, siswa diminta mengklasifikasikan berdasarkan karakteristik yang berbeda dari suatu objek tertentu untuk memformulasikan beberapa konsep tertentu.
3.     Pengukuran, siswa diminta untuk menentukan ukuran-ukuran numerik dari suatu kejadian tertentu. Siswa diharapkan dapat mengklasifikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diungkap bahwa soal open-ended dalam matematika adalah soal / permasalahan dalam materi matematika yang menuntut siswa untuk memberikan banyak cara penyelesaian, baik dengan satu jawaban maupun banyak jawaban.
C.      Menyusun Rencana Pemberian Soal-soal Open-ended
Pemberian soal open-ended dalam pembelajaran menurut Silver dalam Khabibah (2006) dengan menggunakan soal terbuka dapat memberi siswa banyak pengalamaan dalam menafsirkan masalah, dan mungkin membangkitkan gagasan yang berbeda bila dihubungkan dengan penafsiran yang berbeda. Jika siswa diberi soal open-ended, praktek, menggali sumber sumber yang dibutuhkan untuk membuat kesimpulan, rencana mengerjakan tugas, memilih metode dan menerapkan kemampuan matematika mereka, diharapkan siswa akan mendapatkan sejumlah manfaat dari hal tersebut. Selain manfaat dalam bidang kognitif, mereka juga akan mendapatkan manfaat dalam bidang afektif antara lain, mereka merasa dihargai karena diberi kesempatan yang sama untuk mengkonstruksi konsep secara individu. Artinya dengan pemberian soal berbentuk open-ended bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa strategi. Siswa yang diharapkan dengan soal open-ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban, tetapi lebih menekankan cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.
Shimada (1997) mengatakan bahwa pemberian soal open-ended dalam pembelejaran matematika dapat merangsang kemampuan intelektual dan pengetahuan siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Sedangkan menurut Nohda dalam Heryani (2009), mengemukakan bahwa dengan pemberian soal open-ended dapat membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematika siswa dapat dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa.
Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan open-ended, biasanya lebih banyak digunakan soal-soal open-ended sebagai instrumen dalam pembelajaran. Terdapat keserupaan terhadap pengertian mengenai soal open-ended. Hancock (1995:496) dan Berenson (1995:183) dalam Syaban (2008), menyatakan bahwa soal open-ended adalah soal yang memiliki lebih dari satu penyelesaian dan cara penyelesaian yang benar. Dengan demikian ciri terpenting dari soal open-ended adalah tersedianya kemungkinan dapat serta tersedia keleluasaan bagi siswa untuk memakai sejumlah metode yang dianggapnya paling sesuai dalam menyelesaikan soal itu. Dalam arti, pertanyaan pada bentuk open-ended diarahkan untuk menggiring tumbuhnya pemahaman atas masalah yang diajukan
Ketika siswa dihadapkan pada soal open-ended tujuannya bukan hanya berorientasi pada mendapatkan jawaban atau hasil akhir tetapi lebih menekankan pada bagaimana siswa sampai pada suatu jawaban, siswa dapat mengembangkan metode, cara atau pendekatan berbeda untuk menyelesaikan masalah. Dalam pelaksanaannya hal tersebut memberikan peluang pada siswa untuk menyelidiki dengan metode yang mereka yakini, dan memberikan kemungkinan pengerjaan dengan ketelitian yang lebih besar dalam pemecahan masalah matematika. Sebagai hasilnya, dimungkinkan untuk mempunyai suatu pengembangan yang lebih kaya dalam pemikiran matematika siswa, serta membantu perkembangan aktivitas dan kreatif dari siswa.
Beberapa keunggulan pendekatan open-ended menurut Takahashi dalam  Yusuf (2009) adalah
a.     Siswa mengambil bagian lebih aktif dalam pembelajaran dan sering menyatakan ide-ide mereka.
b.    Siswa mempunyai lebih banyak peluang menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematik mereka.
c.     Siswa dengan kemampuan rendah bisa memberikan  reaksi terhadap masalah dengan beberapa cara signifikan dari milik mereka sendiri.
d.    Mendorong siswa untuk memberikan bukti.
Siswa mempunyai pengalaman yang kaya dan senang atas penemuan mereka dan menerima persetujuan temannya.
D.     Mengkonstruksi Soal-soal Open-ended

Apabila guru telah mengkonstruksikan atau menformulasi masalah open-ended dengan baik, tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran sebelum masalah itu ditampilkan di kelas. Ketiga hal tersebut menurut Syaban (2008) adalah:
1.   Apakah masalah itu banyak dengan konsep-konsep matematika? Masalah open-ended harus medorong siswa untuk berpikir dari berbagai sudut pandang. Disamping itu juga harus banyak dengan konsep-konsep matematika yang sesuai untuk siswa berkemampuan tinggi maupun rendah dengan menggunakan berbagai strategi sesuai dengan kemampuannya.
2.   Apakah tingkat masalah matematika itu cocok untuk siswa?  Pada saat siswa menyelesaikan masalah open-ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punya. Jika guru memprediksi bahwa masalah itu di luar jangkauan kemampuan siswa, maka masalah itu harus diubah/diganti dengan masalah yang berasal dalam wilayah pemikiran siswa.
3.   Apakah masalah itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut? Masalah harus memiliki terkait atau hubungan dengan konsep-konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Pada tahap ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan rencana pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut:
a.      Tuliskan respon siswa yang diharapkan. Pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended, siswa diharapkan merespons masalah dengan berbagai cara sudut pandang. Oleh karena itu, guru harus menyiapkan atau menuliskan daftar antisipasi respons siswa terhadap masalah.
b.      Sajikan masalah semenarik mungkin bagi siswa. Konteks permasalahan yang diberikan atau disajikan harus dapat dikenal baik oleh siswa, dan harus membangkitkan keingintahuan serta semangat intelektual siswa. Oleh karena masalah open-ended memerlukan waktu untuk berpikir dan mempertimbangkan strategi pemecahannya, maka masalah itu harus mampu menarik perhatian siswa.
c.      Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mengekplorasi masalah. Terkadang waktu yang dialokasikan tidak cukup dalam menyajikan masalah, memecahkannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian,, dan merangkum dari apa yang telah dipelajari siswa. Karena itu, guru harus memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengekplorasi masalah.

Mengkonstruksi dan mengembangkan soal open-ended yang tepat dan baik untuk siswa dengan kemampuan yang beragam tidaklah mudah, dan memerlukan waktu yang cukup panjang. Guru dalam mengkonstruksi / membuat soal open-ended selain harus memuat soal dengan banyak cara penyelesaian, juga harus memenuhi kriteria soal open-ended. Menurut Suherman (2003), tiga kriteria soal open-ended adalah: 1) Soal harus kaya dengan konsep matematika yang berharga. 2) Level soal atau tingkatan matematika dari soal harus cocok untuk siswa. 3) Soal harus mengfundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diungkap bahwa dalam mengkonstruksi soal open-ended harus memenuhi beberapa syarat. Yang utama adalah soal tersebut memuat banyak cara penyelesaian dengan satu jawaban atau banyak jawaban, selanjutnya soal harus memenuhi kriteria, yaitu soal kaya dengan konsep, sesuai dengan level siswa, dan mengundang pengembangan konsep lebih lanjut. Serta dalam pembuatan soal open-ended, dianjurkan untuk guru menuliskan kemungkinan respon jawaban siswa terhadap soal tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagaralam. Diberlakukannya subjek dalam penelitian ini dengan dasar pertimbangan adalah sebagian besar buku-buku pelajaran matematika siswa SMP hanya sedikit yang berisikan soal-soal matematika dalam bentuk open-ended. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau development research. Penelitian ini mengembangkan soal-soal open-ended dalam pembelajaran matematika yang valid dan praktis
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu preliminary dan tahap formatif evaluation yang meliputi self evaluation, expert reviews dan one-to-one ( low resistance to revision) dan small group serta field test (hight resistance to revision) (Zulkardi, 2006).
Sesuai dengan jenis data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka instrumen penelitian yang  digunakan adalah lembar wawancara, lembar observasi dan soal-soal open-ended. Untuk menganalisis data validasi ahli digunakan analisis deskriptif dengan cara merevisi berdasarkan wawancara ataupun catatan validator. Hasil dari analisis digunakan untuk merevisi soal-soal yang dibuat oleh peneliti. Untuk menganalisis data kepraktisan soal-soal open-ended digunakan analisis deskriptif. Data dianalisis berdasarkan hasil pengamatan dan temuan selama siswa kelompok kecil (small group) mengerjakan soal-soal open-ended. Hasil dari analisis juga digunakan untuk merevisi soal-soal yang dibuat oleh peneliti.

HASIL PENELITIAN
Pada tahap awal ini, peneliti berhasil membuat sekumpulan soal open-ended yang terdiri dari 15 soal. Peneliti membuat juga kisi-kisi soal open-ended, sebagai bahan pertimbangan bagi validator untuk memeriksa validitas soal open-ended yang bisa melatih berpikir kreatif. Produk awal atau desain soal-soal open-ended yang dibuat peneliti selengkapnya dapat dilihat pada lampiran beserta penyelesaiannya.
Kevaliditasan soal open-ended yang dihasilkan pada tiap prototype yang dilihat adalah content, konstruk, dan bahasa, dikonsultasikan dan diperiksa oleh pembimbing tesis. Selain itu, peneliti meminta pendapat dari beberapa pakar/panelis dan teman sejawat yang sudah berpengalaman dibidangnya.
Secara keseluruhan dari analisis terhadap lembar jawaban siswa, dapat terlihat bahwa siswa tersebut sudah dapat memahami soal dengan baik, dapat membuat rencana strategi penyelesaian yang relevan sehingga didapat hasil akhir yang benar. Walaupun ada beberapa soal yang belum dapat diselesaikan dengan benar oleh siswa. Ada beberapa kesalahan dalam menginterpretasikan soal dan kesalahan dalam melakukan perhitungan. Dan ada soal yang tidak dijawab sama sekali oleh siswa.
Uji coba validitas dan reliabilitas diujicobakan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagaralam yang bukan subjek penelitian. Tes diujicobakan kepada 20 siswa, yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Uji validitas dan reliabilitas ini dibagi dalam 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, siswa mengerjakan 8 buah soal dengan waktu 120 menit. Pada pertemuan kedua, siswa mengerjakan 7 soal dengan waktu 120 menit. Hasil analisis uji coba validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Unit Soal
Nilai Validitas
(rxy)
thitung
ttabel
Keterangan
1
0.455
2.169
1.734
Valid
2
0.444
2.102
1.734
Valid
3
0.464
2.224
1.734
Valid
4
0.390
1.798
1.734
Valid
5
-0.028
-0.117
1.734
Tidak Valid
6
0.416
1.942
1.734
Valid
7
0.422
1.972
1.734
Valid
8
0.388
1.785
1.734
Valid
9
0.514
2.540
1.734
Valid
10
0.593
3.124
1.734
Valid
11
0.429
2.014
1.734
Valid
12
0.635
3.486
1.734
Valid
13
0,715
4.337
1.734
Valid
14
0.612
3.285
1.734
Valid
15
0.714
4.332
1.734
Valid

Hasil analisis reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.933.  Ini berarti soal tes tersebut mempunyai derajat reliabilitas tinggi.
Penelitian ini diujicobakan sebanyak 2 kali pertemuan pada bulan April 2011 di kelas VII SBI A SMP Negeri 1 Pagaralam dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa yang terdiri dari 9 laki-laki dan 11 perempuan, bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa pada soal open ended materi pecahan.
Pengumpulan data dengan solusi memberikan soal-soal prototype 3 yang telah valid secara bertahap. Pertemuan pertama berlangsung selama 120 menit dengan jumlah soal yang diberikan sebanyak 7 soal dan pertemuan kedua berlangsung selama 120 menit dengan jumlah 7 soal. Setiap siswa menjawab pertanyaan pada lembar yang telah disediakan dan dikumpulkan setelah waktu yang ditentukan selesai.
1.      Prototype Soal Open Ended Materi Pecahan yang Valid dan Praktis

Setelah melalui proses pengembangan yang terdiri dari 3 tahapan besar untuk 3 prototype dan proses revisi berdasarkan saran validator dan siswa, diperoleh soal-soal open-ended untuk mengukur kemampuan berpikir siswa yang dapat dikategorikan valid dan praktis. Soal-soal open-ended tersebut terdiri dari 14 soal, yang dibagi menjadi dua kali tes sesuai dengan kontennya.
Kevalidan tergambar dari hasil penilaian validator, dimana semua validator menyatakan produk soal open-ended materi pecahan  yang dibuat sudah baik, berdasarkan content (soal sesuai kompetensi dasar dan indikator), konstruk   (sesuai dengan teori dan kriteria soal open-ended:  kaya dengan konsep, sesuai level siswa, dan mengundang pengembangan konsep lebih lanjut), dan bahasa (sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku dan EYD). 
Kepraktisan soal open-ended materi pecahan dilihat dari hasil pengamatan pada uji coba small group, dimana sebagian besar siswa dapat menyelesaikan soal open-ended materi pecahan yang diberikan. Artinya soal open-ended materi pecahan  yang dibuat mudah dipakai oleh pengguna, sesuai alur pikiran siswa, mudah dibaca, tidak menimbulkan penafsiran beragam, dan dapat diberikan serta digunakan oleh semua siswa.

2.      Efek prototype soal open-ended terhadap kemampuan berpikir siswa
Prototype soal open-ended materi pecahan yang sudah dikategorikan valid dan praktis, kemudian diujicobakan kepada subjek penelitian, dalam hal ini siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagaralam. Pemberian soal open-ended materi pecahan ini terdiri dari dua kali tes, yang diberikan setelah siswa menyelesaikan materi pecahan.
Pada pelaksanaan tes soal open-ended materi pecahan, hal yang dianalisis  peneliti  yaitu  kemampuan siswa dalam memahami masalah, merencanakan pemecahannya, dan menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana dan memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian. Selain itu hasil jawaban siswa juga memunculkan solusi yang tak terduga dan beragam solusi penyelesaian, hal ini menggambarkan bahwa soal open-ended materi pecahan dapat memunculkan ide kreatif siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diatarik kesimpulan sebagai berikut:
1.   Penelitian.ini telah menghasilkan suatu produk soal open-ended materi pecahan untuk siswa kelas VII SMP yang valid dan praktis. Valid tergambar dari hasil penilaian validator, dimana setiap validator menyatakan sudah baik berdasarkan content, konstruk dan bahasa. Selain itu kevalidan dan kepraktisan soal open-ended itu tergambar setelah dilakukan analisis validasi butir soal pada uji validasi satu kelas  dan kemampuan siswa menyelesaikan soal open-ended yang diberikan. Soal yang dihasilkan berjumlah 14 soal
2.   Berdasarkan proses pengembangan diperoleh bahwa prototype soal open-ended yang dikembangkan memiliki efek potensial terhadap penalaran matematika siswa sebagai keberagaman solusi siswa
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, dapat disarankan sebagai berikut:
1.   Bagi guru matematika, agar dapat menggunakan soal open-ended yang telah dibuat pada materi pecahan, sebagai alternatif dalam memperkaya variasi pemberian soal matematika untuk melatih berpikir kreatif siswa
2.   Bagi siswa, agar dapat terus termotivasi untuk membiasakan diri berpikir kreatif dalam belajar matematika dengan terbiasa menyelesaikan soal open-ended
3.   Bagi peneliti lain, agar dapat dipergunakan sebagai  masukan untuk mendesain soal-soal open-ended pada materi lainnya.


DAFTAR PUSTAKA
Darmawijoyo. 2009. Kompetensi Matematika Dalam Perspektif Matematika dan Pengajarannya. Jurnal Pendidikan Matematika 3 (1), 1-11. Palembang: Program Studi Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Srwijaya.
Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hancock, C.L., (1995). Enhancing Mathematics Learning with Open-Ended Qouestion. The Mathematics Teacher. Vol. 88, No. 6, September 1995
Hudoyo, Herman. (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang : IKIP Malang.
Jupri, Al. 2007 Open Ended Problems dalam Matematika. http://mathematicse.wordpress.com/2007/12/25/open-ended-problems-dalam-matematika
Khabiba, Siti. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Matematika (MATHEDU) 2 (1), 103-110. Surabaya : Program Studi Pendidikan Matematika PPs UNESA.
Sari. (2009). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pemberian Soal-soal Open ended Pada Pokok Bahasan Pecahan di SMP: Tesis PPS Unsri (Tidak dipublikasikan).
NDT Resource Center. 2010.  www.ndt-ed.org/EducationResources/Math/Math-Fractions.htm.  Diakese: 24 Desember 2010
Shimada, S dan Becker J.P. (1997) The Open ended approach : A new Proposal fot Teaching Mathematics. Virginia : National Cauncil of Techers of Mathematics.
Suherman. E. (1993). Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikdasmen.
Suherman. E. (2003). Common Textbook : Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Jica - Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Syahban, M. (2008). Menggunakan Open ended untuk memotivasi berfikir matematika . http://educare.efkipunla.net/index.php?option=com_content &task=vicw&id=54&itcmid=4 (Diakses tanggal 1 Oktober 2010).
Tessmer, Martin. (1993). Planning and Formative Evaluations. London: Kogan Page.
Walle, John A. 2002. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pengajaran. Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
______. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pengajaran. Jakarta : Erlangga.
Wena Made.2009. Startegi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
______. (2000). What is the Open ended Problem Solving ? (Online). Tersedia : http://www.mste.uiuc.edu/users/aki/open_ended/WhatIsOpen ended.htm. Diakses : 1 Oktober 2010.
            . (2010). What is a Fraction? (online). Tersedia: http://www.ndt-ed.org/EducationResources/Math/Math-Fractions.htm. Diakese: 24 Desember 2010
Yusuf, Mariska. (2009). Pengembangan Soal-soal Open ended Pada Pokok Bahasan Segitiga dan Segiempat di SMP: Jurnal Pendidikan Matematika 3 (2), 48-56. Palembang: Program Studi Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Srwijaya.
Zulkardi dan Ilma. 2007. Mendesain Sendiri Soal Kontekstual Matematika. Program Studi Pendidikan Matematika PPs Unsri Palembang. Diunduh dari: (http://www.pmri/). Diakses pada 24 Januari 2011





1 komentar:

  1. Boleh di posting lampiran soal open endednya sebagai inspirasi utk mengembangkan soal open ended lebih banyak lagi

    BalasHapus