Pengembangan Soal-soal
Open Ended Materi Pecahan
di Sekolah Menengah Pertama Pagaralam*)
Ahmad
Rifai1), Darmawijoyo2), Rusdy A Siroj3)
Abstrak
Pembelajaran
matematika yang dilakukan pada saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan,
karena pembelajaran masih didominasi oleh pengajar dan hanya merupakan
penyampaian informasi saja, tidak banyak melibatkan aktivitas siswa dengan
demikian pembelajaran yang diperoleh siswa kurang bermakna dan siswa kurang
mampu untuk mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Melihat
kenyataan seperti itu, penelitian ini dilaksanakan dalam rangka mengembangkan
dan meningkatkan pemahaman, kreativitas, serta hasil belajar siswa kearah yang
lebih baik. Dengan tujuan tersebut peneliti mencoba untuk mengembangkan
soal-soal Open ended materi pecahan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan pedoman observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, lembar
evaluasi, kamera. Data yang diperoleh dianalisis. Hasil penelitian menunjukan
bahwa dengan menggunakan soal opendended pemahaman dan kreativitas siswa
meningkat dan hasil belajar siswa dari 6,0 sehingga mencapai rata-rata 6,33
dengan variansi 0,933. Selain itu siswa juga mampu mengaplikasikan pengetahuan
yang diperolehnya kedalam pemecahan masalah sehari-hari.
Kata Kunci: open ended,
materi pecahan
M
|
atematika
sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang amat pesat baik
materi maupun kegunaannya. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di
masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini Depdiknas
(2006:345). Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Depdiknas,
2006).
Peran matematika yang begitu penting tampaknya belum
diikuti oleh keberhasilan pengajaran matematika di sekolah, khususnya di Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
Kemampuan bersaing siswa-siswa Indonesia sampai sekarang sangat rendah
dibanding dengan siswa negara lain. Meskipun tak sedikit siswa kita memenangi
ajang bergengsi adu keterampilan di olimpiade matematika dan saint yang siswanya
dipersiapkan khusus. Secara umum kemampuan siswa Indonesia sangat
memprihatinkan, berdasarkan hasil tes berstandar internasional (International
Standarized Test), yaitu Trends in
International Mathematics and Science Studi (TIMSS) dan Programme for International Student
Assesment (PISA).
Matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep
abstrak yang tersusun secara hirakis (Hudoyo,1990:3). Dengan demikian, didalam
proses belajar mengajar matematika, apabila siswa belum memahami dengan baik
konsep A dan B yang mendasari konsep C, maka pemahaman siswa terhadap konsep C
itu dapat dipastikan kurang baik. Hal ini akan membawa akibat tidak dikuasainya
konsep-konsep berikutnya. Akibatnya penguasaan siswa terhadap matematika secara
keseluruhan menjadi kurang baik. Dalam hal demikian, maka rendahnya peringkat
Indonesia di lomba PISA dan rendahnya TIMSS matematika boleh jadi disebabkan
mereka tidak menguasai sebagian besar dari konsep-konsep matematika yang
dipelajari secara memadai. Sehubungan dengan itu para guru perlu mengajarkan
konsep-konsep matematika secara berhati-hati. Menurut Erman Suherman (1993):
Konsep-konsep baru matematika itu tidak dapat diajarkan
melalui defenisi, tetapi hendaknya melalui contoh-contoh yang relevan.
Contoh-contoh tersebut haruslah melibatkan konsep-konsep tertentu dan harus
dijamin bahwa konsep tersebut sudah terbentuk dalam pikiran siswa yang belajar.
Menurut Zulkardi dan Ilma (2007), trend atau arah pendekatan pembelajaran matematika di sekolah saat
ini adalah penggunaan konteks dalam pembelajaran matematika. Inovasi tersebut
seperti Contextual Teaching and Learning
(CTL), Realistic Mathematics Education (RME), dan open-ended. Untuk pendekatan open-ended
berawal dari pandangan bagaimana mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif
dan berpikir matematika tingkat tinggi. Supaya matematika dapat disenangi dan
dipelajari oleh semua siswa, maka guru hendaknya tidak hanya memberikan
permasalahan tertutup (closed problem) yang menuntut satu jawaban yang
benar, tetapi juga hendaknya memberikan permasalahan terbuka (open-ended
problems).
Berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran matematika
tersebut, guru diharapkan menggunakan pendekatan yang tepat. Pendekatan dalam
pembelajaran yang tepat sangat perlu hal ini dikarenakan untuk mempermudah
proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Bagi
guru pendekatan dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis
dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa dapat mempermudah proses belajar
karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar
siswa (Wena, 2009:2). Masalah dalam
penelitian ini adalah :
1.
Bagaimanakah mengembangkan
soal-soal open-ended pada materi pecahan yang valid, dan praktis
di kelas VII SMP Negeri 1 Pagaralam?
2.
Apakah soal-soal open-ended materi pecahan yang telah dikembangkan mempunyai efek
potensial terhadap hasil belajar di kelas VII SMP Negeri 1 Pagaralam?
Berdasarkan
rumusan masalah penelitian ini
bertujuan untuk :
1.
Menghasilkan soal-soal open-ended pada materi pecahan yang valid, dan
praktis di kelas VII SMP Negeri 1 Pagaralam
2.
Melihat efek potensial soal-soal open-ended materi pecahan yang telah
dikembangkan terhadap hasil belajar di kelas VII SMP Negeri 1 Pagaralam
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama
1.
Bagi Guru Matematika
· Memberikan
inspirasi dan informasi bagi guru matematika dalam menentukan salah satu
alternatif dalam pengembangan soal-soal open-ended
pada materi pecahan
· Hasil dari
pengembangan soal-soal open-ended
materi pecahan ini dapat dijadikan contoh dan dimanfaatkan oleh guru atau
praktisi pendidikan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran
matematika di sekolah
· Sebagai
apresiasi dalam perbaikan evaluasi pembelajaran
2.
Bagi Siswa
· Membantu
siswa dalam menjawab soal-soal open-ended Materi Pecahan.
· Memacu
kreativitas dan aktivitas siswa dalam menyelesaikan soal open-ended materi pecahan.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pembelajaran matematika, tugas guru bukan hanya
membantu siswa dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-pinsip serta memiliki
keterampilan-keterampilan tertentu, tetapi juga membantu siswa dalam memahami
hubungan antara konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan keterampilan-keterampilan
tersebut.
Pentingnya matematika untuk pengembangan proses berpikir dan bernalar belum diiringi dengan usaha untuk memberikan pemahaman yang baik kepada siswa
tentang apa itu matematika. Banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu
adalah kumpulan perhitungan angka-angka dan aturan-aturan yang harus dimengerti
(Walle, 2006). Adanya anggapan matematika sebagai ilmu yang didominasi oleh
perhitungan angka-angka dan aturan-aturan untuk memperoleh hasil yang benar,
menyebabkan siswa menganggap bahwa matematika itu adalah mata pelajaran yang
kaku (harus sesuai, tidak boleh menyimpang).
Al-Jupri (2007) mengemukakan bahwa pemahaman yang keliru
tentang matematika itu kaku dan prosedural terjadi salah satunya
disebabkan oleh soal-soal dalam matematika sekolah. Soal-soal itu kebanyakan
bersifat tertutup (closed ended). Permasalahan atau soal yang sifatnya tertutup (closed ended) menurut Suherman (2003), adalah permasalahan yang telah diformulasikan dengan baik dan
lengkap sehingga bersifat unik (hanya ada satu solusi).
Tujuan yang ingin
dicapai dalam proses belajar mengajar matematika disekolah khusunya dijenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah agar siswa memiliki pandangan yang cukup
luas serta memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif serta kemampuan bekerjasama, cermat, dan disiplin serta menghargai
kegunaan matematika (Depdiknas, 2007). Dengan demikian sangatlah penting siswa
dalam belajar matematika, mengetahui kegunaan matematika itu sendiri apalagi
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajaran
matematika tidak sekedar berupaya menyampaikan berbagai aturan, defenisi, dan
prosedur agar dihafalkan oleh siswa, tetapi untuk melibatkan para siswa sebagai
partisipan yang aktif dalam proses belajar. Pembelajaran matematika juga
dipandang dari sudut kecakapan seseorang sebagai alat maupun sebagai gagasan,
strategi/teknik masalah-masalah yang berhubungan dengan matematika. Menurut
Darmawijoyo (2009:4), bahwa kecakapan matematika meliputi:
1.
Pemahaman konsep, yaitu pendalaman tentang
konsep, menggunakan konsep dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lainnya.
2.
Pemahaman prosedur, yaitu keterampilan
menggunakan prosedur secara fleksibel, akurat, efisien, dan tepat.
3.
Komptensi strategis, yaitu kemampuan
memformulasikan, mempresentasekan dan menyelesaikan masalah matematika.
4.
Penalaran adaftif, yaitu memiliki kapasitas
untuk berfikir nalar, refleksif, menjelaskan, dan jastifikasi.
Disposisi produktif,
yaitu suatu sikap atau kecenderungan diri melihat matematika sebagai sesuatu
yang bermanfaat, penting diperkuat dengan suatu keyakinan dalam intelegensi dan
efikasi yang dimilikinya.
A.
Pendekatan Open-ended dalam Matematika
Matematika
memiliki karakteristik yaitu: 1) menuntut kemampuan berfikir logis, analitis,
sistematis, dan inovatif; 2) menekankan pada penguasaan konsep dan algoritma
disamping kemampuan memecahkan masalah; 3) terdapat empat obyek belajar yaitu
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur (Depdiknas, 2007:9). Menurut Takashi
(2005) dalam Yusuf (2009), ada beberapa anggapan siswa terhadap pembelajaran
matematika, yaitu: 1) Proses matematika formal hanya mempunyai sedikit atau
tidak sama sekali discovery atau invention. 2) Hanya beberapa siswa yang
mampu memahami materi, memecahkan tugas yang diberikan atau permasalahan
matematika dalam waktu sebentar. 3) Hanya siswa genius yang benar-benar
memahami matematika. 4) Hanya beberapa siswa yang berhasil disekolah mengerjakan
tugas, tepat, dan persis sesuai perintah guru.
Melihat
kenyataan tersebut, pendekatan pembelajaran matematika menurut beberapa tokoh
harus dirubah, hal ini dikarenakan “education for all” and “Math for all”.
Menurut Maher & Alston (1990:161) (dalam Turmudi, 2008;9) mendengarkan ide-ide matematika siswa
merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran yang berwawasan
konstruktivisme”…to shift from’telling
and describing’ to listening and questioning’ and probing for understanding’
…”. Bagaimana kita dapat mengembangkan kemampuan penalaran siswa dan
mengembangkan kemampuan komunikasi siswa apabila kita sendiri sebagai guru
tidak memberikan kesempatan dan waktu kepada siswa untuk berbicara dan
mengkomunikasikan idenya. Interaksi aktif siswa dengan siswa
Berdasarkan
hal tersebut, muncullah pendekatan open-ended yang dikembangkan di
negara Jepang sejak tahun 1970-an. Menurut Shimada (1997:1) Pendekatan open-ended berawal dari pandangan
bagaimana mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif dan berfikir matematika
tingkat tinggi. Supaya matematika dapat disenangi dan dipelajari oleh semua
siswa, maka permasalahan tertutup (closed problem) yang menuntut satu
jawaban yang benar hendaknya diganti dengan permasalahan terbuka / open-ended problems.
Menurut
Shimada dalam buku The Open-ended
approach : A new Proposal fot Teaching Mathematics, Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang dimulai dari pengenalan atau menghadapkan siswa pada masalah open-ended. Masalah open-ended adalah suatu permasalahan yang diformulasikan mempunyai
banyak jawaban yang benar. Sedangkan pembelajaran yang menyajikan suatu
permasalahan yang dimiliki metode atau penyelesaian lebih dari satu disebut
pembelajaran open-ended. Dengan
kegiatan ini diharapkan pula dapat membawa siswa untuk menjawab permasalahan
dengan banyak cara, sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman
siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Dengan demikian pembelajaran
akan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah matematika.
Menurut
Suherman (2003;123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang
benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga open-ended problem atau
soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan open-ended problem, tujuan utamanya bukan
untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai
pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode
dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.
Pembelajaran
dengan pendekatan open-ended diawali
dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus
mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta
mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang kemampuan
intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Menurut Nohda (Realin, 2007:2) bahwa tujuan pembelajaran open ended
yaitu membawa siswa lebih mengembangkan kegiatan
kreatif dan pola pikir matematisnya melalui problem
solving secara simultan. Secara intinya pembelajaran
yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan
siswa sehingga
mengudang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai srategi.
Berdasarkan
uraian diatas, maka dapat diungkap bahwa pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya siswa dihadapkan dengan masalah terbuka yang menghendaki jawaban
dengan banyak cara penyelesaian. Dalam pembelajaran dengan pendekatan open-ended, siswa diharapkan bukan hanya
mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu
jawaban. Menurut Suherman (2003:124) bahwa dalam kegiatan matematik dan
kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:
a.
Kegiatan siswa harus terbuka. Yang dimaksud
kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi
kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak
mereka.
b.
Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir.
Kegiatan matematik adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses
pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam
dunia matematika atau sebaliknya.
c.
Kegiatan siswa dan kegiatan matematika
merupakan satu kesatuan
Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu. Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masing-masing.
Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu. Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masing-masing.
Guru
bisa membelajarkan siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi
yang sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematika yang mendasar untuk
melayani siswa yang kemampuannya rendah. Pendekatan
uniteral semacam ini dapat dikatakan terbuka terhadap kebutuhan siswa ataupun
terbuka terhadap ide-ide matematika.
B.
Tujuan Pemberian Soal Open-ended Dalam Pembelajaran Matematika
Soal
open-ended adalah permasalahan yang
diformulasikan mempunyai banyak jawaban yang benar. Masalah matematika terbuka
(open-ended problem) dapat dikelompokkan
menjadi dua tipe, yaitu: dengan demikian tipe soal open-ended adalah masalah dengan satu jawaban banyak cara
penyelesaian, yaitu soal yang diberikan kepada siswa yang mempunyai banyak
solusi / cara penyelesaian akan tetapi mempunyai satu jawaban dan masalah
dengan banyak cara penyelesaian dan juga banyak jawaban, yaitu soal yang
diberikan kepada siswa yang selain mempunyai banyak solusi / cara penyelesaian,
tetapi juga mempunyai banyak jawaban.
Sifat
keterbukaan dari suatu masalah dikatakan hilang, apabila hanya ada satu cara
dalam menjawab permasalahan yang diberikan, atau hanya ada satu jalan
penyelesaian yang mungkin untuk masalah yang diberikan guru. Contoh penerapan
masalah open-ended dalam kegiatan
pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara, atau
pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan
berorientasi pada jawaban.
Lebih
lanjut Sawada dalam Sari (2009),
mengemukakan bahwa secara umum terdapat tiga tipe masalah open-ended yang dapat diberikan, yaitu :
1.
Menemukan hubungan, soal ini diberikan
bertujuan agar siswa dapat menemukan beberapa aturan atau hubungan matematis.
2.
Mengklasifikasi, siswa diminta
mengklasifikasikan berdasarkan karakteristik yang berbeda dari suatu objek
tertentu untuk memformulasikan beberapa konsep tertentu.
3.
Pengukuran, siswa diminta untuk menentukan
ukuran-ukuran numerik dari suatu kejadian tertentu. Siswa diharapkan dapat
mengklasifikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari
sebelumnya untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan
uraian diatas, maka dapat diungkap bahwa soal open-ended dalam matematika adalah soal / permasalahan dalam materi
matematika yang menuntut siswa untuk memberikan banyak cara penyelesaian, baik
dengan satu jawaban maupun banyak jawaban.
C.
Menyusun Rencana Pemberian Soal-soal Open-ended
Pemberian
soal open-ended dalam pembelajaran
menurut Silver
dalam Khabibah (2006) dengan menggunakan soal terbuka dapat memberi siswa
banyak pengalamaan dalam menafsirkan masalah, dan mungkin membangkitkan gagasan
yang berbeda bila dihubungkan dengan penafsiran yang berbeda. Jika siswa diberi
soal open-ended, praktek, menggali
sumber sumber yang dibutuhkan untuk membuat kesimpulan, rencana mengerjakan tugas,
memilih metode dan menerapkan kemampuan matematika mereka, diharapkan siswa
akan mendapatkan sejumlah manfaat dari hal tersebut. Selain manfaat dalam
bidang kognitif, mereka juga akan mendapatkan manfaat dalam bidang afektif
antara lain, mereka merasa dihargai karena diberi kesempatan yang sama untuk
mengkonstruksi konsep secara individu. Artinya dengan pemberian soal berbentuk open-ended bertujuan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan,
mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa strategi. Siswa yang
diharapkan dengan soal open-ended problem,
tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban, tetapi lebih menekankan cara
bagaimana sampai pada suatu jawaban.
Shimada
(1997) mengatakan bahwa pemberian soal open-ended
dalam pembelejaran matematika dapat merangsang kemampuan intelektual dan
pengetahuan siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Sedangkan menurut
Nohda dalam Heryani (2009), mengemukakan bahwa dengan pemberian soal open-ended dapat membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola
pikir matematika siswa dapat dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan setiap siswa.
Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan open-ended, biasanya lebih banyak
digunakan soal-soal open-ended sebagai instrumen dalam pembelajaran. Terdapat keserupaan terhadap
pengertian mengenai soal open-ended. Hancock (1995:496) dan Berenson (1995:183) dalam Syaban (2008), menyatakan
bahwa soal open-ended adalah soal
yang memiliki lebih dari satu penyelesaian dan cara
penyelesaian yang benar. Dengan demikian ciri terpenting dari soal open-ended adalah tersedianya kemungkinan dapat serta tersedia keleluasaan bagi siswa
untuk memakai sejumlah metode yang dianggapnya paling
sesuai dalam menyelesaikan soal itu. Dalam arti, pertanyaan pada bentuk open-ended diarahkan untuk menggiring tumbuhnya pemahaman atas masalah yang diajukan
Ketika
siswa dihadapkan pada soal open-ended tujuannya bukan hanya
berorientasi pada mendapatkan jawaban atau hasil akhir tetapi lebih menekankan
pada bagaimana siswa sampai pada suatu jawaban, siswa dapat mengembangkan
metode, cara atau pendekatan berbeda untuk menyelesaikan masalah. Dalam
pelaksanaannya hal tersebut memberikan peluang pada siswa untuk menyelidiki
dengan metode yang mereka yakini, dan memberikan kemungkinan pengerjaan dengan
ketelitian yang lebih besar dalam pemecahan masalah matematika. Sebagai
hasilnya, dimungkinkan untuk mempunyai suatu pengembangan yang lebih kaya dalam
pemikiran matematika siswa, serta membantu perkembangan aktivitas dan kreatif
dari siswa.
Beberapa
keunggulan pendekatan open-ended menurut Takahashi dalam Yusuf (2009) adalah
a.
Siswa mengambil bagian lebih aktif dalam
pembelajaran dan sering menyatakan ide-ide mereka.
b.
Siswa mempunyai lebih banyak peluang
menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematik mereka.
c.
Siswa dengan kemampuan rendah bisa
memberikan reaksi terhadap masalah
dengan beberapa cara signifikan dari milik mereka sendiri.
d.
Mendorong siswa untuk memberikan bukti.
Siswa
mempunyai pengalaman yang kaya dan senang atas penemuan mereka dan menerima
persetujuan temannya.
D.
Mengkonstruksi Soal-soal Open-ended
Apabila
guru telah mengkonstruksikan atau menformulasi masalah open-ended dengan baik, tiga hal yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran sebelum masalah itu ditampilkan di kelas. Ketiga hal tersebut
menurut Syaban (2008) adalah:
1.
Apakah masalah itu banyak dengan
konsep-konsep matematika? Masalah open-ended harus medorong siswa untuk
berpikir dari berbagai sudut pandang. Disamping itu juga harus banyak dengan
konsep-konsep matematika yang sesuai untuk siswa berkemampuan tinggi maupun
rendah dengan menggunakan berbagai strategi sesuai dengan kemampuannya.
2.
Apakah tingkat masalah matematika itu cocok
untuk siswa? Pada saat siswa
menyelesaikan masalah open-ended,
mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punya.
Jika guru memprediksi bahwa masalah itu di luar jangkauan kemampuan siswa, maka
masalah itu harus diubah/diganti dengan masalah yang berasal dalam wilayah
pemikiran siswa.
3.
Apakah masalah itu mengundang pengembangan
konsep matematika lebih lanjut? Masalah harus memiliki terkait atau hubungan
dengan konsep-konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa
untuk berpikir tingkat tinggi. Pada tahap ini hal-hal
yang harus diperhatikan dalam mengembangkan rencana pembelajaran yang baik
adalah sebagai berikut:
a.
Tuliskan respon siswa yang diharapkan.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended,
siswa diharapkan merespons masalah dengan berbagai cara sudut pandang. Oleh
karena itu, guru harus menyiapkan atau menuliskan daftar antisipasi respons
siswa terhadap masalah.
b.
Sajikan masalah semenarik mungkin bagi siswa.
Konteks permasalahan yang diberikan atau disajikan harus dapat dikenal baik
oleh siswa, dan harus membangkitkan keingintahuan serta semangat intelektual
siswa. Oleh karena masalah open-ended
memerlukan waktu untuk berpikir dan mempertimbangkan strategi pemecahannya,
maka masalah itu harus mampu menarik perhatian siswa.
c.
Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk
mengekplorasi masalah. Terkadang waktu yang dialokasikan tidak cukup dalam
menyajikan masalah, memecahkannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian,,
dan merangkum dari apa yang telah dipelajari siswa. Karena itu, guru harus
memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengekplorasi masalah.
Mengkonstruksi
dan mengembangkan soal open-ended
yang tepat dan baik untuk siswa dengan kemampuan yang beragam tidaklah mudah,
dan memerlukan waktu yang cukup panjang. Guru dalam mengkonstruksi / membuat
soal open-ended selain harus memuat
soal dengan banyak cara penyelesaian, juga harus memenuhi kriteria soal open-ended. Menurut Suherman (2003),
tiga kriteria soal open-ended adalah:
1) Soal harus kaya dengan konsep matematika yang berharga. 2) Level soal atau
tingkatan matematika dari soal harus cocok untuk siswa. 3) Soal harus
mengfundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut.
Berdasarkan
uraian diatas, maka dapat diungkap bahwa dalam mengkonstruksi soal open-ended harus memenuhi beberapa
syarat. Yang utama adalah soal tersebut memuat banyak cara penyelesaian dengan
satu jawaban atau banyak jawaban, selanjutnya soal harus memenuhi kriteria,
yaitu soal kaya dengan konsep, sesuai dengan level siswa, dan mengundang
pengembangan konsep lebih lanjut. Serta dalam pembuatan soal open-ended, dianjurkan untuk guru
menuliskan kemungkinan respon jawaban siswa terhadap soal tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Pagaralam. Diberlakukannya subjek dalam penelitian ini dengan dasar
pertimbangan adalah sebagian besar buku-buku pelajaran matematika siswa SMP hanya
sedikit yang berisikan soal-soal matematika dalam bentuk open-ended. Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan atau development research. Penelitian ini mengembangkan soal-soal open-ended
dalam pembelajaran matematika yang valid dan praktis
Penelitian ini terdiri dari dua
tahap yaitu preliminary dan tahap formatif evaluation yang meliputi self evaluation, expert reviews dan one-to-one ( low resistance to revision)
dan small group serta field test (hight resistance to revision)
(Zulkardi, 2006).
Sesuai dengan jenis data yang ingin
diperoleh dalam penelitian ini, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar wawancara, lembar
observasi dan soal-soal open-ended. Untuk menganalisis data validasi ahli
digunakan analisis deskriptif dengan cara merevisi berdasarkan wawancara
ataupun catatan validator. Hasil dari analisis digunakan untuk merevisi
soal-soal yang dibuat oleh peneliti. Untuk menganalisis data kepraktisan
soal-soal open-ended digunakan analisis deskriptif. Data dianalisis
berdasarkan hasil pengamatan dan temuan selama siswa kelompok kecil (small
group) mengerjakan soal-soal open-ended. Hasil dari analisis juga
digunakan untuk merevisi soal-soal yang dibuat oleh peneliti.
HASIL PENELITIAN
Pada
tahap awal ini, peneliti berhasil membuat sekumpulan soal open-ended
yang terdiri dari 15 soal. Peneliti membuat juga kisi-kisi soal open-ended,
sebagai bahan pertimbangan bagi validator untuk memeriksa validitas soal open-ended
yang bisa melatih berpikir kreatif. Produk awal atau desain soal-soal open-ended
yang dibuat peneliti selengkapnya dapat dilihat pada lampiran beserta
penyelesaiannya.
Kevaliditasan
soal open-ended yang dihasilkan pada tiap prototype yang dilihat
adalah content, konstruk, dan bahasa, dikonsultasikan dan diperiksa oleh
pembimbing tesis. Selain itu, peneliti meminta pendapat dari beberapa
pakar/panelis dan teman sejawat yang sudah berpengalaman dibidangnya.
Secara
keseluruhan dari analisis terhadap lembar jawaban siswa, dapat terlihat bahwa
siswa tersebut sudah dapat memahami soal dengan baik, dapat membuat rencana
strategi penyelesaian yang relevan sehingga didapat hasil akhir yang benar.
Walaupun ada beberapa soal yang belum dapat diselesaikan dengan benar oleh
siswa. Ada beberapa kesalahan dalam menginterpretasikan soal dan kesalahan
dalam melakukan perhitungan. Dan ada soal yang tidak dijawab sama sekali oleh
siswa.
Uji
coba validitas dan reliabilitas diujicobakan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1
Pagaralam yang bukan subjek penelitian. Tes diujicobakan kepada 20 siswa, yang
terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Uji validitas dan
reliabilitas ini dibagi dalam 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, siswa
mengerjakan 8 buah soal dengan waktu 120 menit. Pada pertemuan kedua, siswa
mengerjakan 7 soal dengan waktu 120 menit. Hasil analisis uji coba validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada
tabel berikut:
Unit Soal
|
Nilai
Validitas
(rxy)
|
thitung
|
ttabel
|
Keterangan
|
1
|
0.455
|
2.169
|
1.734
|
Valid
|
2
|
0.444
|
2.102
|
1.734
|
Valid
|
3
|
0.464
|
2.224
|
1.734
|
Valid
|
4
|
0.390
|
1.798
|
1.734
|
Valid
|
5
|
-0.028
|
-0.117
|
1.734
|
Tidak Valid
|
6
|
0.416
|
1.942
|
1.734
|
Valid
|
7
|
0.422
|
1.972
|
1.734
|
Valid
|
8
|
0.388
|
1.785
|
1.734
|
Valid
|
9
|
0.514
|
2.540
|
1.734
|
Valid
|
10
|
0.593
|
3.124
|
1.734
|
Valid
|
11
|
0.429
|
2.014
|
1.734
|
Valid
|
12
|
0.635
|
3.486
|
1.734
|
Valid
|
13
|
0,715
|
4.337
|
1.734
|
Valid
|
14
|
0.612
|
3.285
|
1.734
|
Valid
|
15
|
0.714
|
4.332
|
1.734
|
Valid
|
Hasil
analisis reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha, diperoleh koefisien
reliabilitas sebesar 0.933. Ini berarti
soal tes tersebut mempunyai derajat reliabilitas tinggi.
Penelitian
ini diujicobakan sebanyak 2 kali pertemuan pada bulan April 2011 di kelas VII
SBI A SMP Negeri 1 Pagaralam dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa yang terdiri
dari 9 laki-laki dan 11 perempuan, bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa
pada soal open ended materi pecahan.
Pengumpulan
data dengan solusi memberikan soal-soal prototype
3 yang telah valid secara bertahap. Pertemuan pertama berlangsung selama
120 menit dengan jumlah soal yang diberikan sebanyak 7 soal dan pertemuan kedua
berlangsung selama 120 menit dengan jumlah 7 soal. Setiap siswa menjawab
pertanyaan pada lembar yang telah disediakan dan dikumpulkan setelah waktu yang
ditentukan selesai.
1.
Prototype Soal Open Ended Materi Pecahan yang Valid dan
Praktis
Setelah melalui proses pengembangan yang terdiri dari 3
tahapan besar untuk 3 prototype dan
proses revisi berdasarkan saran validator dan siswa, diperoleh soal-soal open-ended untuk mengukur kemampuan berpikir siswa yang dapat dikategorikan valid dan
praktis. Soal-soal open-ended tersebut terdiri dari 14 soal, yang dibagi menjadi dua kali tes sesuai dengan kontennya.
Kevalidan
tergambar dari hasil penilaian validator, dimana semua validator menyatakan
produk soal open-ended materi
pecahan yang dibuat sudah baik,
berdasarkan content (soal sesuai
kompetensi dasar dan indikator), konstruk
(sesuai dengan teori dan kriteria soal open-ended: kaya dengan konsep, sesuai level siswa, dan
mengundang pengembangan konsep lebih lanjut), dan bahasa (sesuai dengan kaidah
bahasa yang berlaku dan EYD).
Kepraktisan soal open-ended
materi pecahan dilihat dari hasil pengamatan pada uji coba small group, dimana sebagian besar siswa dapat menyelesaikan soal open-ended materi pecahan yang diberikan. Artinya soal open-ended materi pecahan yang
dibuat mudah dipakai oleh pengguna, sesuai alur pikiran siswa, mudah dibaca,
tidak menimbulkan penafsiran beragam, dan dapat diberikan serta digunakan oleh
semua siswa.
2.
Efek prototype soal open-ended
terhadap kemampuan berpikir siswa
Prototype soal open-ended materi pecahan yang sudah dikategorikan valid dan
praktis, kemudian diujicobakan kepada subjek penelitian, dalam hal ini siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Pagaralam. Pemberian soal open-ended materi
pecahan ini terdiri dari dua kali tes, yang diberikan setelah siswa
menyelesaikan materi pecahan.
Pada
pelaksanaan tes soal open-ended materi
pecahan, hal yang dianalisis
peneliti yaitu kemampuan siswa dalam memahami masalah,
merencanakan pemecahannya, dan menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana dan
memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian. Selain itu hasil jawaban
siswa juga memunculkan solusi yang tak terduga dan beragam solusi penyelesaian,
hal ini menggambarkan bahwa soal open-ended materi
pecahan dapat memunculkan ide kreatif
siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat diatarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Penelitian.ini telah menghasilkan suatu
produk soal open-ended materi pecahan untuk siswa kelas VII SMP yang
valid dan praktis. Valid tergambar dari hasil penilaian validator, dimana
setiap validator menyatakan sudah baik berdasarkan content, konstruk dan
bahasa. Selain itu kevalidan dan kepraktisan soal open-ended itu
tergambar setelah dilakukan analisis validasi butir soal pada uji validasi satu
kelas dan kemampuan siswa menyelesaikan
soal open-ended yang diberikan. Soal yang dihasilkan berjumlah 14 soal
2.
Berdasarkan proses
pengembangan diperoleh bahwa prototype
soal open-ended yang dikembangkan memiliki efek potensial terhadap
penalaran matematika siswa sebagai keberagaman solusi siswa
SARAN
Berdasarkan
hasil penelitian dan kesimpulan di atas, dapat disarankan sebagai berikut:
1. Bagi guru matematika, agar dapat menggunakan soal open-ended yang
telah dibuat pada materi pecahan, sebagai alternatif dalam memperkaya variasi
pemberian soal matematika untuk melatih berpikir kreatif siswa
2. Bagi siswa, agar dapat terus termotivasi untuk membiasakan diri berpikir
kreatif dalam belajar matematika dengan terbiasa menyelesaikan soal open-ended
3. Bagi peneliti lain, agar dapat dipergunakan sebagai masukan untuk mendesain soal-soal open-ended
pada materi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijoyo. 2009. Kompetensi Matematika Dalam Perspektif
Matematika dan Pengajarannya. Jurnal Pendidikan Matematika 3 (1), 1-11.
Palembang: Program Studi Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Universitas Srwijaya.
Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
SMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hancock, C.L., (1995). Enhancing Mathematics Learning
with Open-Ended Qouestion. The Mathematics Teacher. Vol. 88, No. 6,
September 1995
Hudoyo, Herman. (1990). Strategi Belajar Mengajar
Matematika. Malang : IKIP Malang.
Jupri, Al. 2007 Open Ended
Problems dalam Matematika.
http://mathematicse.wordpress.com/2007/12/25/open-ended-problems-dalam-matematika
Khabiba, Siti. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran
Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Matematika (MATHEDU) 2 (1), 103-110. Surabaya :
Program Studi Pendidikan Matematika PPs UNESA.
Sari. (2009). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa Melalui Pemberian Soal-soal Open ended Pada Pokok Bahasan Pecahan di SMP:
Tesis PPS Unsri (Tidak dipublikasikan).
NDT Resource Center. 2010. www.ndt-ed.org/EducationResources/Math/Math-Fractions.htm. Diakese: 24 Desember 2010
Shimada, S dan Becker J.P. (1997) The Open ended
approach : A new Proposal fot Teaching Mathematics. Virginia : National
Cauncil of Techers of Mathematics.
Suherman. E. (1993). Strategi Pembelajaran Matematika.
Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikdasmen.
Suherman. E. (2003). Common Textbook : Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Jica - Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI).
Syahban, M. (2008). Menggunakan Open ended untuk
memotivasi berfikir matematika . http://educare.efkipunla.net/index.php?option=com_content
&task=vicw&id=54&itcmid=4 (Diakses tanggal 1
Oktober 2010).
Tessmer, Martin. (1993). Planning and Formative Evaluations. London: Kogan Page.
Walle, John A. 2002. Matematika Sekolah Dasar dan
Menengah Pengembangan Pengajaran. Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta :
Erlangga.
______. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah
Pengembangan Pengajaran. Jakarta : Erlangga.
Wena Made.2009. Startegi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
______. (2000). What is the Open ended Problem Solving
? (Online). Tersedia : http://www.mste.uiuc.edu/users/aki/open_ended/WhatIsOpen
ended.htm. Diakses : 1 Oktober 2010.
. (2010). What is a Fraction? (online).
Tersedia: http://www.ndt-ed.org/EducationResources/Math/Math-Fractions.htm. Diakese: 24 Desember 2010
Yusuf, Mariska. (2009). Pengembangan Soal-soal Open
ended Pada Pokok Bahasan Segitiga dan Segiempat di SMP: Jurnal
Pendidikan Matematika 3 (2), 48-56. Palembang: Program Studi Magister
Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Srwijaya.
Zulkardi dan Ilma. 2007. Mendesain Sendiri Soal Kontekstual Matematika. Program Studi Pendidikan
Matematika PPs Unsri Palembang. Diunduh dari: (http://www.pmri/). Diakses
pada 24 Januari 2011
Boleh di posting lampiran soal open endednya sebagai inspirasi utk mengembangkan soal open ended lebih banyak lagi
BalasHapus